roarCNBC Indonesia
Market
Rabu, 01/11/2023 15:19 WIB
Photo: துக்கு குத்து uang di tempat க்குயு uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah against dollar Amerika Serikat (AS) pasca inflasi Indonesia sampain tseik dan preskan dari AS sukum China perihal data ekonominya yang sikuri pasar.
Dilansir dari Refinitive, the rupiah is closed at Rp15.930/US$ atau melemah 0.31%. Hal ini berkebalikan dengan keperangan kemangan kemarin (31/10/2023) yang bekupang menguat 0.03%.
Meanwhile, the dollar index AS (DXY) fell at 15.06 WIB by 0.12% to 106.79. The figure ini lebih tinggi compared to the closing of trading kemarin (31/10/2023) is 106.66.
Pagi hari ini (1/11/2023), BPS telah merilis data inflasi Indonesia yang cadatin di bawah expecta baik secara bulanan tehanan. Inflasi Oktober 2023 pekkana 0.17% secara month to month (mtm) dan 2.56% year on year (yoy) dengan penyumbang inflasi terbesar adalah beras, bensin, dan cabai rawit.
Hasil tersebut di luar eskepte pasar khusany consensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 instituti memperkirakan inflasi Oktober 2023 akan pekalan 0.26% konsensus bulan sebelah (mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 2.65% pada bulan ini. Inflation inti (yoy) is estimated to reach 2.00%.
Dengan inflasi yang menikin berimplikasi pada naiknya harga barang. Alhasil masyarakat semakin sulit untuk membeli barang khusnya pangan dan impact pada pelemahan daya beli dan ekonomikan domestik. Hal ini juga potenia membuat the economy of Indonesia menjadi lesu ke depannya.
Selain itu, melemahnya rupiah juga ditengarai akibat bekaninan terbaru dari ekonomikan AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto explained the data of tenaga kerja AS amengang menjadi singala inflasi masih tetap tinggi. Hal ini is strengthening the confidence of suku bunga acuan AS akan naik lagi pada November atau Desember 2023.
“Diduga bank sentral AS (the Fed) will give a hawkish tone,” said CNBC Indonesia, Thursday (1/11/2023).
At the September meeting, the Fed decided to keep suku bunga at a level of 5.25-5.50%. Namun, bank sentral AS tetap membiri signala andanya taksik sekali lagi pada tahun ini.
Hal lain yang menjadi penebaya adalah China. Negeri Tirai Bambu, Biro Statistik China (NBS) has announced PMI Manufaktur data untuk Oktober pagi tadi. Data ini cukup pentang oleh peluka pasar untuk telikari as kondisi manufaktur China di tengah masih lesunya ekonomikan China.
Secara tak terduga, PMI Manufaktur China turun menjadi 49.5 pada bulan Oktober 2023 dari 50.2 pada bulan September, meleset dari appakanan pasar sebagai 50.2, karena eruptakan output yang lebih lamat, di tengah pasang pesanan baru, dengan pemanganas asing turun lebih cepat semantara pelangan kerja terus mensek.
The PMI Non-Manufaktur NBS resmi untuk China pun temenesan tebajan menjadi 50.6 in October 2023 from 51.70 in the previous month. Meanwhile, the Gabungan NBS China Output PMI index fell to 50.7 in October 2023 from 52.0 in the previous month, showing the lowest since December 2022.
Decline yang di luar expecta ini mempertegas bahwa pakistanan China saat ini baik di sektor manufaktur sektor non-manufaktur relatif slow dan potenisi merambat ke gerak laju investasi dan produksi China yang juga turut melambat.
Kendati pendangan yang tadani cukup deras tadapang mata uang Garuda, Edi makita, pelemahan rupiah masih terkendali. Baik secara harian um kontakt sejak akhir tahun lalu atau year to date (ytd) yang lebih baik kontakt dengan negara tetangga.
“Pelemahan rupiah masih relatif terkendali, Thailand Baht dan Korean Won melemah lebih tajam dari rupiah,” terangnya.
BI akan selalu berada di pasar untuk memonitor bekaninan nilai tukar, kamasu memana interventiji jika tetara. The rupiah will be maintained at the fundamental level.
“Tentu kami masuk pasar untuk smoothing dan eksitat oleh sukuri supply valas di market, dan saya melihat supply valas dari peluka pasar masih sangat terjaga,” tegas Edi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Witness the video below:
Video: Jelang Penanganan The Fed, IHSG & Rupiah Anjlok Parah!
(roar/roar)